Kamis, 23 Februari 2012

Drama - Sahabat Selembut Salju


Sahabat selembut salju
        Hari itu adalah tahun ajaran baru, didepan sebuah pesantren terlihat serorang gadis remaja dan ayahnya memasuki halaman depan pesantren. Mereka berdua disambut dengan ramah oleh bu ina, dan kedua muridnya
            bu ina   : “selamat pagi pak dony, dan selamat pagi bidadari”
            nildza   : “namaku nildza bukan bidadari”
            p dony  : “bisakah kau bersikap sedikit sopan pada wali kelas mu?”
            nildza   : “mungkin bisa, jika aku tidak bersekolah disini”
p dony  : “cukup, nildza!” memperhatikan nildza lalu menengok kearah bu ina “maafkan kelakuan putri saya yah bu”
bu ina   : “tidak apa-apa pak, mungkin nildza belum terbiasa, bukan begitu nona?”
nildza   : “ya.. aku belum terbiasa dan tidak akan terbiasa”
bu ina   : “kami akan membuat anda terbiasa nona kecil”
nildza   : “terserah. Bisakah kita berhentikan percakapan tidak penting ini?”
p dony  : “baiklah nildza, ayah harap kamu dapat mengubah sikap mu disini. Sekarang ayah harus kembali ke jakarta, asalamualaikum”
semua   : “waalaikum salam” (pak dony meninggalkan panggung)
bu ina   : baiklah, nildza sekarang kamu dapat memanggil saya dengan umi.
Nildza  : owkey, lalu ?
Bu ina   : (mengerutkan kening)
Nildza  : hello, apakah anda masih mempunyai telinga umi ?
Teguh   : astagfirullah mba, ini tuh orang tua loh. Sopan sedikit bisa kan ?
Nildza  : siapa kamu ?
Bu ina   : dia teguh dan yang disampingnya fanya.
Fanya   : saya fanya.. (mengulurkan tangan)
Nildza  : ya.. saya udah tahu..
Bu ina   : yasudah, umi masuk kedalam dulu yah. 30 menit lagi masuk kelas. Oke ?
Teguh   : siip, mi .. (bu ina meninggalkan panggung)
Nildza  : siapa diantara kalian yang mau jadi sahabat saya ?
Fanya   : aku mau (mengangkat tangan dengan cepat)
Nildza  : kamu ? yakin ?
Fanya   : iya memang kenapa ?
Nildza  : memang kamu bisa ngerjain tugas, beresin kamar, mijitin saya, dan kerjaan yang lainnya ?
Fanya   : loh, kan aku mau jadi sahabat kamu bukan pembantu kamu ..
Nildza  : oh ya saya lupa, oke kamu mulai sekarang jadi teman saya. Dan satu hal lagi, sahabat dalam kamus nildza berarti juga pembantu. (nildza medninggalkan panggung)
Teguh   : kau mau jadi sahabat orang jahat seperti dia ?
Fanya   : aku kira kata-kata mu salah, lebih tepat nya pembantu bukan sahabat.
Teguh   : kalau kau sudah tahu, mengapa kau tidak menolak ?
Fanya   : aku diberi amanat oleh bu ina untuk mengubah sikap nildza, dan menurut ku hanya dengan cara seperti ini saja aku dapat mendekatinya.
Teguh   : yasudah kalau itu mau mu.
Fanya   : ya ...
Nildza dan chacha datang (dari arah yang berbeda)
            Chacha : aaaahhhh, fanya ... (berlari dan memeluk fanya)
            Fanya   : aduh, sesak nih ..
            Chacha : oh, maaf maaf ..
            Fanya   : urusan mu di gereja sudah selesai ?
            Chacha : belum, tapi aku minta izin tadi....
            Nildza  : fanya ..
            Fanya   : ada apa ?
            Nildza  : tolong beliin saya minum
            Fanya   : (hanya bengong)
            Chacha : kamu siapa ? kok nyuruh-nyuruh fanya gitu ..
Nildza  : kenalin, saya nildza. Dan fanya itu memang sahabat saya dalam kata lain pembantu.
Chacha : kamu pikir kamu yang paling hebat merasa paling jago dan paling kuat
Nildza  : saya memang jago
Chacha : oh ya ?
Nildza  : saya memang kuat
Chacha : kuat makan sih iya.
Nildza  : kamu pikir kamu yang paling hebat merasa paling pintar dan paling kuat
Chacha : saya memang pintar
Nildza  : pintar ngibul sih iya ..
Chacha : saya memang kuat
Nildza  : paling di dorong aja jatuh.
Fanya   : yang namanya jagoan, harus membela yang lemah
Teguh   : yang namanya jagoan biasanya ga pake rok
Fanya   : yang namanya jagoan harus rela berkorban..
Nildza  : fanya aja gak keberatan, kenapa kamu mesti keberatan?
Chacha : tapi......
Fanya   : gak apa-apa kok cha, aku ikhlas.
Nildza  : udah deh buruan beli. (fanya meniggalkan panggung)
Chacha : kamu pasti anak nakal yang datang dari jakarta itu yah ?
Nildza  : iya memang kenapa ?
Teguh   : hey, jangan berantem, kita harus masuk kelas.
Chacha : tapi nanti fanya gimana ?
Nildza  : kamu saja yang masuk kelas, aku sih malas.
Chacha : teguh gak ngajak kamu
Teguh   : yasudah kita tunggu fanya saja dulu ..
Nildza  : boring banget nungguin si kampung itu
Chacha : kamu tuh gak tahu berterima kasih banget sih, udah dibeliin minum masih menghina fanya saja.
Teguh   : sudah diam.
Chacha : kamu kok gak membela aku dan fanya sih..
(fanya datang dengan sebotol minuman)
Fanya   : ini minumannya nil
Nildza  : (mengambil minuman dan langsung pergi)
Teguh   : ckckck, parah banget, ga bilang makasih
chacha : sudah lah, lebih baik kalian ke kelas, aku harus kembali ke gereja.
Fanya   : nanti kesini lagi yah. Dah ...
(teguh dan fanya ke kelas)
fanya   : untung bu ina belum datang
(teguhdan fanya duduk)
Fanya   : waduh, nanti kalau aku dimarahi oleh bu ina gimana ?
teguh   : dimarahi kenapa?
Fanya   : karena nildza belum masuk
            (bu ina masuk)
            Bu ina   : asalamualaikum
            Semua  : waalaikum salam
            Bu ina   : apakah semuanya sudah masuk.
            Fanya   : nildza belum masuk mi ..
            Bu ina   : nildza ?
            Fanya   : (mengangguk)
Bu ina   : (membuang nafas panjang) biarkan saja.. (diam sejenak) oke, seperti yang ibu kata kan minggu lalu, hari ini kita akan...(nildza masuk tanpa permisi) dari mana saja kau nildza ?
Nildza  : bukan urusan anda, wahai umi tercinta
Bu ina   : jangan sampai kau telat lagi ..
Nildza  : ya ya ya
Bu ina   : baiklah, sekarang kita akan ulangan.
Teguh   : tapi umi saya belum belajar mi, bisakah saya diberi waktu untuk belajar sebentaaaaaaarrr saja.
Bu Ina  : kamu itu bagaimana ? salama seminggu ini kamu melakukan apa ?
             ( bu ina menyanyi lagu menunggu )
Teguh   : baikalah umi. ( mendesah )
Kertas ulangan pun dibagikan dan seluruh siswa mulai mengerjakan soal tersebut, namun nildza hanya menatap kosong soal tersebut dan menulisinya dengan ejek-ejekan tentang bu ina. Satu jam sudah seluruh siswa mengerjakan soal.
            Bu ina   : baiklah waktunya sudah usai, silahkan kumpulkan sekarang.
Seluruh murid mengumpulkan soal kecuali nildza
            Bu ina   : nildza, waktunya telah usai..
            Nildza  : ya umi, saya tahu itu
            Bu ina   : kalau begitu, mengapa tidak dikumpulkan ?
            Nildza  : karena saya malas untuk berjalan
            Bu ina   : tolong jangan buat kesabaran umi habis..
            Nildza  : oh baiklah ..
Bu ina memeriksa semua lembar jawaban seluruh siswanya dan ia terperanjat ketika melihat lembar jawaban seorang siswi.
            Bu ina   : siapa yang menulis ini ?
            Semua  : (membisu)
            Bu ina   : JAWAB !
            Nildza  : saya umi, memang kenapa ?
            Bu ina   : kamu sudah sangat keterlaluan nildza sekarang juga kamu
            Fanya   : tunggu umi, nildza bohong
            Bu ina   : maksud kamu ?
            Fanya   : ya, nildza berbohong umi, sebenarnya yang menulis itu adalah saya, bukan nildza.
            Bu ina   : tidak, nildza tidak berbohong, justru kamu yang berbohong
Fanya   : tidak umi, saya tidak berbohong, saya berani sumpah. Nildza yang berbohong, ia melakukan itu agar saya tidak dihukum.
Bu ina   : fanya... umi tidak menyangka kamu melakukan hal seperti itu... sekarang juga kamu pergi ke masjid dan renungkan apa yang kamu perbuat.
Fanya   : (mengangguk dan berlari keluar panggung)
Bu ina   : nildza, maaf umi telah menuduh kamu yang tidak-tidak. Dan umi harap kalian semua tidak mengikuti apa yang diperbuat oleh fanya, mengerti ?
Semua  : mengerti umi..
Bu ina   : bagus, wasalamualaikum
Semua  : waalaikum salam (bu ina meninggalkan panggung, teguh dan gelar menghampiri nildza)
Teguh   : aku tahu kalau sebenarnya yang ngelakuin semua itu kamu
Nildza  : ya, memang kenapa
Gelar    : kamu tidak meras bersalah ?
Nildza  : tidak, mengapa harus merasa bersalah? Aku kan tidak menyuruh fanya mengakui bahwa ia yang melakukan semua itu.
Teguh   : kau memang tidak mempunyai hati
Nildza  : lha ? kenapa kamu jadi marah
Gelar    : tentu saja teguh marah, bagaimana tidak, fanya benar-benar menganggap mu sahabat tapi kau?
Teguh   : apa balasan mu dengan semua kebaikan fanya ?
Nildza  : (membisu)
Teguh   : sudahlah, hati batu mu itu tidak akan mungkin mencair.
Gelar    : ayolah kita pergi, tidak ada gunanya meladeni hati batu ini.
(gelar dan teguh meninggalkan panggung sedangkan nildza duduk terpaku sendiri didalam kelas)
Nildza  : apa benar aku sejahat itu ? apa benar semua itu salahku ? (diam sejenak) tapi mereka semua gak tahu apa yang aku alami, mengapa aku seperti ini.. (diam dan mulai menangis) in semua gak bakalan terjadi kalau mama gak ninggalain aku.. (menangis dengan keras) aku seperti ini agar ayah dan orang lain gak tahu apa yang aku rasakan...
tanpa sepengetahuan nildza ternyata chacha mendengar semua yang dikatakan nildza
            chacha : nildza ..
            nildza   : sejak kapan kamu disitu (menghapus air mata)
            chacha : (hanya tersenyum dan menghampiri nildza)
            nildza   : (membisu)
chacha : kalau kamu punya masalah jangan di simpan sendiri dong, cerita saja pasti beban mu berkurang.
Nildza  : (mulai berlinang air mata dan menangis kembali)
Chacha : sudah dong, jangan nangis lagi
Nildza  : aku... aku... aku ngerasa kalau aku sudah jahat sekali sama kamu .....dan fanya juga orang-orang yang sayang sama aku.
Chacha : sudahlah ..
Nildza  : tapi .... aku punya alasan kenapa aku bersikap seperti itu ....
Chacha : aku tahu, kamu gak salah kok kalau berangapan itu cara yang benar..
Nildza  : (membisu)
Chacha : tapi ada cara yang lebih benar..
Nildza  : (menatap chacha dengan tatapan penasaran)
Chacha : kamu harus terbuka sama semua orang, dan ceritakan apa yang kamu rasakan pada mereka, karena kamu tidak akan merasa sendiri.
Nildza  : aku tahu aku salah, dan fanya ... ia dihukum karena aku.......
Fanya   : tapi aku gak marah, karena kamu sudah berubah
Nildza  : fanya ... (berlari dan memeluk fanya)
Bu ina   : teguh dan gelar telah menjelaskan semuanya kepada ibu..
Nildza  : ibu sudah tahu semuanya, tapi kenapa saya tidak dihukum ?
Bu ina   : karena kamu telah berubah nildza, bagi ibu itu lebuh dari sebuah hukuman..
Nildza  : (diam dan kemudian menangis terharu)
Fanya   : loh kamu kok nangis ?
Nildza  : aku Cuma terharu, ternyata selama ini banyak sekali yang sayang sama aku, tapi akunya yang kurang respect..
Chacha : yang penting, sekarang kita sahabat ( mereka bertiga bertiga berpelukan, dan semuanya menyanyi kepompong)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar